Selasa, 17 Maret 2015

CARA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT.

MENDEKATKAN DIRI (TAQORRUB) KEPADA ALLAH. SWT

Dekatnya Allah kepada manusia dinyatakan dalam ayat-ayat Allah , seperti pada ayat:

“Apabila engkau (Muhammad) ditanya tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat... “. (QS. Al-Baqarah: 186)

Kami lebih dekat (kepada manusia) dari pada urat lehernya...” (QS. Qaf:16)

Kedekatan manusia dengan Allah di sini bukan dalam arti fisik, karena Allah dengan semua sifat dan perbuatan-Nya tidak mungkin dibayangkan dalam bentuk materi yang dapat dibayangkan.

Antara Allah dan manusia tidak ada jarak ruang dan waktu dalam arti materi. Antara Allah dengan manusia yang jaraknya disebut oleh Al-Qur’an dengan qarib (dekat) bermakna abstrak, yaitu jarak yang terjadi antara rohani (hati) manusia dengan Allah

CARA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT.

Kepada manusia Allah Swt mengingatkan bahwasanya Dia sangat dekat dengan hamba-hamba-Nya. Apabila hamba mendekati-Nya, pasti Allah akan lebih mendekati si hamba. 

Sebaliknya apabila si hamba menjauhkan diri dari Allah, sudah tentu Allah jauh dari dirinya. Karena si hamba menjauhkan diri dari Dzat yang memang selalu dekat dengan dirinya.

Allah Swt telah menyediakan waktu bagi para hamba yang ingin selalu berdekatan dengan Yang Maha Pencipta, melalui bermacam-macam ibadah yang perlu ditekuni sepenuh jiwanya.

Taqarrubnya orang beriman adalah ma’rifatnya kepada Yang Maha Melihat. Semakin dekat seorang hamba dengan Allah Swt, Semakin kokoh keimanannya dan semakin taat ibadahnya.

Nabi Saw mengisyaratkan taqarrubnya orang beriman dengan Allah Swt , dalam sabda beliau:
“Aku selalu mengikuti dugaan hamba-hamba-Ku. Aku juga selalu melindunginya apabila ia ingat kepada-Ku. 

Jika ia mengingat Aku dalam hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat Aku ketika berada bersama serombongan manusia, maka Aku akan mengingatnya dalam rombongan yang lebih baik dan besar lagi.

Jika ia mendekati Aku satu jengkal, maka Aku akan rnendekatinya satu hasta. Jika ia datang mendekati-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatinya satu depa. Jika ia datang mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang mendekatinya dengan berlari.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Tiadalah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku, dengan sesuatu yang lebih aku sukai dan apa yang telah diwajibkan kepadanya. Senantiasa hamba-Ku datang kepada-Ku dengan taqarrub yang sunnat-sunnat (amalan nafilah), hingga Aku mencintainya.

Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia pergunakan untuk mendengar. Aku menjadi penglihatannya yang ia pergunakan untuk melihat. Aku menjadi tangannya yang ia pergunakan untuk memegang. Aku menjadi kakinya yang dipergunakan untuk berjalan.

Jika ia memohon pertolongan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya pertolongan. Jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, tentu Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari)

Hati orang beriman akan tetap hidup di dalam semua keadaan, jika selalu melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. 

Pada dasarnya iman seorang hamba adalah dengan melaksanakan ibadah dan bertaqarrub kepada Yang Maha Mencipta. Kemantapan hati dan istiqamahnya jiwa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnat.

Bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa seseorang teguh kepada agama Allah, kalau ia tetap bermaksiat dan melanggar larangan-larangan Allah. Sementara ada pula hamba yang rajin beribadah, namun ia tetap saja berbuat maksiat. Ia beriman tetapi juga berlaku fasik. 

Dalam melaksanakan ibadah, seorang hamba tidak sepantasnya mengandalkan kepada kemampuan dirinya. 

Manusia dengan ibadahnya tidak terlepas dari godaan dan tipuan setan. Mungkin saja ia tertipu melalui keikhlasannya, melalui sikap-sikap ibadahnya, melalui penonjolan dirinya yang melahirkan ujub dan riya’.

Orang beriman tidak pernah sepi dari tipuan-tipuan setan yang akan selalu merongrongnya dengan cara yang paling halus sampai yang paling kasar. 

Seorang ‘abid yang sadar akan ibadahnya, ia selalu memohon kepada Allah Swt, agar selalu menolongnya menghadapi rongrongan dan tipuan setan. 

Iman yang lemah memberi peluang bagi setan untuk menunggangi hawa nafsu. Jika hawa nafsu sudah ditunggangi oleh setan, maka seseorang menjadi lupa kepada Allah dan di saat itu ia dengan mudah melakukan sesuatu yang dilarang (dosa) yang mengakibatkannya jauh dari Allah. 

Orang yang jauh dari Allah berarti orang yang jarang mengingat Allah. Dalam keadaan seperti ini ia selalu merasa gelisah, tidak ada ketenangan dan ketenteraman pada batin.

Dalam kajian akhlak dan tasawwuf, ada tiga jalan yang dapat ditempuh agar bisa dekat kepada Allah.

1. Taubat kepada Allah dengan arti mengakui dan menyesali semua perbuatan dosa yang telah dilakukan dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. 

2. Beramal ibadah , baik amal-amal yang diwajibkan maupun yang disunatkan. Hakikat amal ibadah dalam Islam ialah mendekatkan diri kepada Allah, maka tidak salah jika dikatakan bahwa amal ibadah sebagai jembatan penghubung antara manusia dengan Tuhannya.

3. Melakukan tafakkur yaitu perenungan terhadap diri dan terhadap alam semesta ciptaan Allah.